Jumat, 06 Desember 2013

Tambo Minangkabau


Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo.
Tambo Minangkabau adalah karya sastra sejarah yang merekam kisah-kisah legenda-legenda yang berkaitan dengan asal-usul suku bangsa, negeri dan tradisi dan alam Minangkabau. Tambo Minangkabau ditulis dalam bahasa Melayu yang berbentuk prosa.
Tambo berasal dari bahasa Sanskerta, tambay yang artinya bermula. Dalam tradisi masyarakat Minangkabau, tambo merupakan suatu warisan turun-temurun yang disampaikan secara lisan[1]. Kata tambo atau tarambo dapat juga bermaksud sejarah, hikayat atau riwayat. Maknanya sama dengan kata babad dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda.

Penulisan tambo Minangkabau, pertama kali dijumpai dalam bentuk aksara Arab dan berbahasa Minang. Sedangkan penulisan dalam bentuk latin baru dikenal pada awal abad ke-20, yang isinya sudah membandingkan dengan beberapa bukti sejarah yang berkaitan[2]. Naskah tambo Minangkabau sebagian besar ditulis dengan huruf Arab-Melayu (huruf Jawi), dan sebagian kecil ditulis dengan huruf Latin. Jumlah naskah yang sudah ditemukan adalah 83 naskah. Judulnya bervariasi, antara lain Undang-Undang Minangkabau, Tambo Adat, Adat Istiadat Minangkabau, Kitab Kesimpanan Adat dan Undang-Undang, Undang-Undang Luhak Tiga Laras, dan Undang-Undang Adat.
Tambo di Minangkabau secara garis besar dibagi dua bagian utama: [3]
  • Tambo alam, yang mengisahkan asal usul nenek moyang serta tentang kerajaan Minangkabau.
  • Tambo adat, yang mengisahkan adat, sistem pemerintahan, dan undang-undang tentang pemerintahan Minangkabau di masa lalu.
Penyampaian kisah pada tambo umumnya tidak tersistematis, sementara kisahnya kadang kala disesuaikan dengan keperluan dan keadaan, sehingga isinya dapat berubah-rubah menurut kesenangan pendengarnya . Namun demikian pada umumnya Tambo Minangkabau adalah karangan saduran, oleh sipenyadur tidak menyebutkan sumbernya sehingga seolah-olah merupakan hasil karyanya. Ada 47 buah tambo asli Minangkabau yang tersimpan di berbagai perpustakaan di luar negeri, 10 diantaranya ada di Perpustakaan Negara Jakarta, satu sama lainnya merupakan karya saduran tanpa di ketahui nama asli pengarangnya.
Itulah tambo Minangkabau saya :)

Minang

Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal,jadi didalam Minangkabau apabila suku ayah chaniago dan ibu suku jambak maka si anak akan bersuku sama seperti suku ibu nya. walaupun budaya Minangkabau  juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam, sedangkan Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.
Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnis ini juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.
Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang banyak terdapat di Kuala Lumpur, Seremban, Singapura, Jeddah, Sydney, dan Melbourne. Makanya ketika seorang Minang yang ada di perantauan akan lebih cenderung menawar harga ketika berbelanja karna mereka tahu harga yang pantas atau yang sebenarnya dari barang tersebut walaupun dalam keluarga nya ia bukan anak pedagang,tapi karna lingkungan Minang itu mayoritas dibidang Perniagaan. Jadi,ia sudah paham betul.
Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan masakan Padang, dan sangat digemari di Indonesia bahkan sampai mancanegara. Salah satu masakan khas Minang yang sangat diminati di Indonesia hingga sampai mancanegara adalah Rendang. Sejatinya Rendang itu dari daging sapi atau dibahasa Minang sendiri yaitu "dagiang kabau". Tapi tak jarang juga masyarakat Minang membuat Rendang dari daging kambing,ayam hingga telor.
Bagi saya pribadi, Rendang adalah makanan kesukaan saya.
Apakah anda sendiri menyukai Rendang ??

Selasa, 03 Desember 2013

Orang Minang belum tentu Orang Padang

Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratanRiau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan jugaNegeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri. 
Makanya ketika saya mulai merantau ke tanah jawa ini untuk memulai pendidikan saya yang baru yaitu di Universitas Gunadarma Depok dan dalam lingkungan yang baru,teman-teman dan saudara-saudara saya selalu menyebut saya ORANG PADANG. Padahal saya sendiri bukan dari padang,tapi dari Pasaman Timur. Pasaman Timur itu secara garis besar nya meliputi,Bonjol,Lubuk Sikaping,Panti dan Rao. dan saya bertempat tinggal di panti,kampung saya sendiri adalah Bonjol.
Saya heran,mengapa mereka menyebut saya orang Padang padahal saya sudah menjelaskan asal usul saya. Dan sekarang saya mengerti,wajar mereka menyebut seperti tu. karna kita sama-sama tahu,khususnya dipulau Jawa ini seperti Rumah Makan,sate dan sebagainya selalu diberi merk "Padang".
Padahal orang yang berjualan itu sendiri belum tentu orang Padang. Bisa saja dari Payakumbuah,Pariaman,Bukit Tinggi atau bahkan dari tempat tinggal saya sendiri. Terkadang saya mengkritik teman-teman saya yang tetap menyebut saya orang padang padahal sudah saya jelaskan secara detail saya bukan orang Padang tetapi "URANG MINANG".
Tetapi kenyataaan nya,orang-orang dilingkungan baru saya ini hanya tahu orang Padang bukan Orang Minang.
Ketika teman-teman saya bertanya : "di tempat tinggal kamu di Padang macet gak ?" saya bingung harus menjawab apa,sebenarnya mereka menanyakan 2 tempat yang berbeda,tempat tinggal saya (Panti) dan Padang. Ya,akhirnya saya menjawab pertanyaan teman-teman saya : "kalau ditempat tinggal saya di Panti tidak macet tetapi kalau di Padang lumayan macet seperti disini,Depok".
Tapi lambat laun saya akan menjelaskan kembali kepada lingkungan baru saya bahwa saya bukan orang Padang tapi "Urang Minang",karna Orang Minang belum tentu hanya Orang Padang saja. Karna saya juga ingin asal tempat tinggal saya diketahui oleh orang-orang diluar pulau Sumatera. Biar terkenal juga seperti Padang hehehe..