ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN KEINDAHAN
Dosen
: Ivan Arifandi
Oleh : Ingri Marta Yondra
NPM
: 54413418
Kelas
: 1IA11
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
2014
Kata Pengantar
Puji
dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
dilimpahkan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Manusia Dan Keindahan” yang merupakan salah satu tugas terstruktur
Ilmu Budaya Dasar pada semester dua.
Dalam
menyelesaikan makalah ini, Penulis telah mendapat bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak
Ivan Arifandi selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan
tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan Penulis dalam penulisan
makalah makin bertambah.
2. Pihak-Pihak
yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah turut membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
demikian telah memberikan manfaat bagi Penulis. Akhir kata Penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun
akan Penulis terima dengan senang hati.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
1.
Latar Belakang
2.
Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
A.
Keindahan
a)
Apakah Keindahan Itu?
i.
Keindahan Dalam Arti Luas
ii.
Keindahan Dalam Arti Estetika
Murni
iii.
Keindahan Dalam Arti Terbatas
Hubungannya dengan Pengertiannya
b)
Nilai Estetika
c)
KONTEMPLASI DAN EKSTANSI
d) APA SEBAB MANISA MENCIPTAKAN KEINDAHAN?
B.
Renungan
C.
Keserasian
BAB III Keimpulan
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Keindahan
berasal dari kata indah. Keindahan yang berarti sesuatu yang baik,
menyenangkan, ilmu yang indah, kebajikan yang indah atau sebagai bentuk yang
indah. Keindahan sangat berhubungan erat dengan manusia, seni, keserasian,
kehlusan. Kata orang tanpa ada keindahan adalah manusia yang mati sebelum
waktunya. Bisa jadi, karena keindahan adalah pelengkap hidup manusia.
Maka bila
manusia yang hidup tanpa keindahan pada hakikatnya dia sudah mati. Keindahan
bisa membuat kita gembira, bersyukur, dan lain-lain. Orang yang hidup tanpa
keindahan pada realita maka dia akan cenderung kurang bersemangat. Oleh karena
itu, dalam makalah ini kita dapat mengetahui lebih dalam manusia dan keindahan.
- TUJUAN PENULISAN
Adapun
tujuan penulisan makalah agar penulisan khususnya dan pembaca umumnya dapat
mengetahui tentang sejarah peradaban serta manusia dan keindahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEINDAHAN
Menurut ilmu filsafat seni manusia adalah makhluk
pemuja keindahan. lewat panca indera manusia dapat menikmati keindahan dan
setiap saat tak dapat berpisah dengannya, serta berupaya untuk dapat menikmatinya
dalam waktu yang lama. Kalau tidak dapat memperolehnya manusia mencari kian
kemari agar dapat menemukan dan memuaskan rasa dahaga akan keindahan.
Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah,
kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi
yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan
mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera
manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak untuk
keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti
bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin mengesankan
betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Agaknya semakin tinggi
pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan juga
semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk
menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat
menghayati keindahan.
Keindahan
berasal dari kata indah, yang artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan
sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama
yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak
mengandung keindahan berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal,
artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan atau lokal.
Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni,
(meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan alam (pantai, pegunungan,
danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung,
rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, tanaman, perabot rumah tangga dan
sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik
dengankebenaran.
a)
APAKAH KEINDAHAN ITU ?
Keindahan itu
suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan
itu baru jelas jika dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya.
Dengan kata lain keindahan dapat dinikmati jika di hubungkan dengan suatu
bentuk. Dengan bentuk itu keindahan dapat berkomunikasi. Keindahan hanya sebuah
konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk, misalnya lukisan,
pemandangan alam, tubuh yang molek, film, dan nyanyian.
Menurut The Liang
Gie dalam bukunya ” Garis besar estetika ”. Keindahan dalam bahasa inggris
diterjemahkan dengan kata ”beutiful” dalam bahasa perancis ”beau” sedang italia
dan spanyol ”bello” berasal dari kata latin ”bellum”. Akar katanya adalah
”bonum” yang berarti kebaikan. Kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi
”bonelium” dan terakhir di perpendek sehingga ditulis ”bellum”.
Selain itu
menurut luasnya dibedakan pengertian:
i.
Keindahan dalam arti luas.
Selanjutnya The Liang Gie
menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan.
Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan
Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga
menyenangkan.
Jadi
pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :
·
Keindahan seni
·
Keindahan alam
·
Keindahan moral
·
Keindahan intelektual.
ii.
Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan dalam arti estetik murni
menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu
yang diserapnya.
iii.
Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan
penglihatan.
Keindahan dalam arti yang terbatas,
mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut bendabenda yang
dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna,
bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah
suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara
benda itu dengan si pengarnat.
- Nilai estetik
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa,
pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya
nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang
berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan
disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science”
diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :
”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of
any object which causes it be of interest to an individual or a group”
(Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan
manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu
kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang
harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia
dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat
pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.
Nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan obyektif, tetapi
penggolongan yang penting ialah:
- Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana
untuk sesuatu hal lainnya (”instrumental! Contributory value”), yakni nilai
yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya puisi, bentuk puisi yang
terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
- Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai
suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan
puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu
disebut nilai intrinsik .
Pengelompokan-pengelompokan pengertian keindahan dilihat dari beberapa persepsi
tentang keindahan berikut ini :
1.
Keindahan adalah sesuatu yang rnendatangkan rasa
menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy);
2.
Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan
yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sarna lain, atau
dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of parts in their
manual relations and in their relation to the whole (Baumgarten).
3.
Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan
itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi
ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat
digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).
4.
Keindahan dapat terlepas sama sekali dari kebaikan
(Winehelmann).
5.
Yang indah adalah yang memiliki proporsi yang
harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat
disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah
yang baik (Shaftesbury).
6.
Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa
senang (Hume).
7.
Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa
senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak
memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis)
- Kontemplasi dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang
indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh
dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat
suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan
menikmati sesuatu yang indah.
Manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala
alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep
atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan
manusia dalam lingkup pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai
tujuan juga sebagai cara atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan
manusia.
b)
NILAI ESTETIKA
Apakah nilai
estetika itu? Dalam bidang filsafat, istilah nilai sering kali sebagai suatu
kata benda yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Dalam
dictionary of sociology and related sciences di berikan perumusan tentang value
yang lebih terinci lagi sebagai berikut :
“ The believed
capacity of any object to satisfy a human desire. The quality of any object
which causes it to be on interest to an individual or a group “. (kemampuan
yang dipercaya ada pada suatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia.
Sifat dari suatu benda yang menyebabkan minat seseorang atau sesuatu golongan).
c)
KONTEMPLASI DAN EKSTANSI
Keindahan dapat
dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada
selera seni didukung oleh factor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah
dasar dari dalam diri manusia untuk menciptakan yang indah. Ekstansi adalah
dasar dari dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikamti sesuatu
yang indah. Bila kedua dasar ini dihubungkan maka akan terjadi penilaian bahwa
sesuatu itu indah.
Dan apabila kontemplasidan ekstansi dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu factor pendorong untuk menciptakan keindahan. Sedanglkan ekstansi merupakan faktor pendorong untuk merasakan. Karena drajat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda, maka tanggapan terhadap karya seni juga berbeda-beda.
Dan apabila kontemplasidan ekstansi dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu factor pendorong untuk menciptakan keindahan. Sedanglkan ekstansi merupakan faktor pendorong untuk merasakan. Karena drajat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda, maka tanggapan terhadap karya seni juga berbeda-beda.
d)
APA SEBAB MANISA MENCIPTAKAN
KEINDAHAN?
Keindahan itu pada dasarnya alamiah,
alam ciptaan Tuhan. Alamiah artinya wajar tidak berlebihan tidak juga kurang.
Pengungkapan keindahan dalam karya seni didari dengan motivasi tertentu dengan
tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan
mengenal penderitaan hidup manusia, mengenai kemersotan moral, mengenai
perubahan-perubahan nilai dalam masyarakat. Berikut ini akan dicoba
alasan/motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.
1) Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang
ada di dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan.
Sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan, misalnya kawin paksa, pingitan, derajat wanita lebih rendah
dibandingkan dengan derajat laki-laki. Tata nilai semacam ini dipandang sebagai
mengurangi nilai moral kehidupan masyarakatsehingga dikatakan tidak indah.
Menghargai dan mengangkat martabat manusia yang termasuk dalam nilai keindahan.
2) Kemerosotan Zaman.
Kerendahan dan
merendahkan derajat kemanusiaan ditandai dengan merosotnya moral. Kemerosotan
moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatanmanusia yang bejad.
Terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini tidak menghiraukan
hukum agama, dan moral masyarakat.
3) Penderitaan manusia
Banyak faktor
yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan faktor
manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat menderita sebagai akibat nafsu
ingin berkuasa, serakah, tidak berhati-hati dansebagainya. Keadaan ini
mempunyai daya tarik tersendiri yang membuat tidak menyenangkan. Karena nilai
manusia telah diabaikan, dan dikatakan tidak indah.
4) Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan
dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta
kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan
Tuhan. Manusia hanya dapat meniru keindahan ciptaanTuhan. Kecantikan seorang
ciptaan Tuhan membuat kagum seniman Leonardo da Vinci. Karena itu ia berusaha
meniru ciptaan Tuhan dengan melukis Monalisa sebagai wanita cantik. Lukisan
monalisa sangat terkenal karena menarik dan tidak membosankan.
B.
RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung
yang artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan
dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan
seniaada berapa teori.
a.
TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini adalah ”Art is expression of human feeling” (seni adalah sesuatu pengungkapan dari perasaan manusia). Teori ini terutama bertarian denga apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal yaitu filsuf italia Benedeto Croce(1886-1952) edngan karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris ”Aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa”art is expression of impressions” ( seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuab intuitif yang diperoleh oleh penghayatantentang hal-hal invidual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti : images warna, garis, dan kata. Bagi seseorang, pengungkapan berartis seni dalam dirinyatanpa perlu adanya kegiatan jamaniah yang keluar.
Dalil dari teori ini adalah ”Art is expression of human feeling” (seni adalah sesuatu pengungkapan dari perasaan manusia). Teori ini terutama bertarian denga apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal yaitu filsuf italia Benedeto Croce(1886-1952) edngan karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris ”Aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa”art is expression of impressions” ( seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuab intuitif yang diperoleh oleh penghayatantentang hal-hal invidual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti : images warna, garis, dan kata. Bagi seseorang, pengungkapan berartis seni dalam dirinyatanpa perlu adanya kegiatan jamaniah yang keluar.
b.
TEORI META FISIK
Teori meta fisk adalah teori yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas setetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenal sumber seni plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mengendalikan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita ilahi. Pada tahap yang lebih rendah terdapat realita duniawi.
Dalam jaman modern suatu teori seni lainnya yang juga bercorak metafisika dikemukan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah keinginan (will) yang sementara.
Teori meta fisk adalah teori yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas setetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenal sumber seni plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mengendalikan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita ilahi. Pada tahap yang lebih rendah terdapat realita duniawi.
Dalam jaman modern suatu teori seni lainnya yang juga bercorak metafisika dikemukan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah keinginan (will) yang sementara.
c.
TEORI PSIKOLOGIS
Sebagian ahli estetika dal;am abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptaannya dengan mengunakan metode-metode psikologis. Misalnya beedasarkan psikoanalisis di temukan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman, sedangkan karya seninya itu terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginannya itu.
Menurut schiller asla mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri manusia yang berhubungan dengan adanya keinginan yang harus dikeluarkan. Menurut spencer, permainan itu berperan untuk mencegah dan kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan menciut karena disia-siakan.
Sebuah teori yang dapat dimasukkan kedalam teori psikologis yaitu teori penandaan (signification theory) yang memandang seni sebagai suatu lambang atau tanda perasaan manusia. Simbol atau tanda yang menyerupai atau mirip dengan benda yang dilambangkan disebut iconic sign(tanda serupa). Sebagai contoh simbol atau tanda dari kehidupan manusia sebagai perasaanya yang ada pasangatau surut serta tergesa-gesa atau santainya dan ada akhirnya.
Sebagian ahli estetika dal;am abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptaannya dengan mengunakan metode-metode psikologis. Misalnya beedasarkan psikoanalisis di temukan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman, sedangkan karya seninya itu terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginannya itu.
Menurut schiller asla mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri manusia yang berhubungan dengan adanya keinginan yang harus dikeluarkan. Menurut spencer, permainan itu berperan untuk mencegah dan kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan menciut karena disia-siakan.
Sebuah teori yang dapat dimasukkan kedalam teori psikologis yaitu teori penandaan (signification theory) yang memandang seni sebagai suatu lambang atau tanda perasaan manusia. Simbol atau tanda yang menyerupai atau mirip dengan benda yang dilambangkan disebut iconic sign(tanda serupa). Sebagai contoh simbol atau tanda dari kehidupan manusia sebagai perasaanya yang ada pasangatau surut serta tergesa-gesa atau santainya dan ada akhirnya.
C.
KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi
dan dari kata rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok,
kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,Keserasian berasal dari kata
serasi dan dari kata rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata
cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran,
dan seimbang.Keserasian merupakan bagian atau yang dapat mewujudkan keindahan.
Keserasian mengandung unsur pengertian perpaduan , pertentangan, ukuran dan
seimbang.Perpaduan misalnya : Lagu atau nyanyian-nyanyian merupakan unsur
pertentangan antara suara tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-halus yang
terpadu begitu rupa sehingga telinga kita dibuat asyik mendengarkan dan hati
kita pun merasa puas, tetapi apabila dalam keasyikan itu tiba-tiba terdengar
suara yang sumbang kita pun tentunya akan merasa kecewa dalam hal lagu irama
yang indah merupakan pertentangan yang serasi.
Teori estetika keindahan adalah Jean
M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of Art” dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu :
1.
Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu
subjektif adanya.
Yakni karena manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah dalam
pikirannya sendiri. Barangkali pernah juga kita dengar pepatah “Des Gustibus
Non Est Disputandum” selera keindahan tak bisa diperdebatkan.
2.
Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan objektif
adanya.
Yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu objek,
artinya seekor kupu-kupu memang lebih indah dari pada seekor lalat hijau.
3.
Kelompok yang
berpendapat bahwa keindahan itu merupakan pertemuan antara yang subjektif dan
yang objektif.
Artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi pertemuan antara subjek
manusia dan objek substansi.
H. C Wyatt meneliti alasan-alasan yang biasa diberikan orang apabila mereka
mengatakan sesuatu itu indah, dan ia menemukan bahwa banyak sekali orang
menganggap sesuatu itu indah karena menyebabkan ia bersosialisasi pada suatu
yang pernah mengharukannya dahulu, harapan-harapannya dan seterusnya. Ia menganggap
alasan-alasan ini sebagai alasan-alasan non estetik.
a)
Teori Obyektif dan Teori Subyektif
The Liang Gie
dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada
dua teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori
keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan
merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alam
pikiran orang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut
lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori subyektif.
Pendukung teori
obyektif adalah Plato, Hegel dan Benard Bocanquat, sedang pendukung teori
subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffes bury, dan Edmund Burke. Teori
obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai
estetik adalah sigat(kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang
bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah
mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali
tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri
khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai
estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah
perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif,
menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak
ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda.
Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu.
Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu
diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebgai
tanggapan terhadap benda indah itu.
Yang tergolong
teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara
suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya
yang berupa menyukai atau meikmati benda itu.
b)
Teori Perimbangan
Teori obyektif
memandang keindahan sebagai suatu kwalita dari benda-benda: Kwalita bagaimana
yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijwab oleh bangsa Yunani
Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abad 5 sebelum masehi sampai
abad 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani kuno yang berupa
banyak tiang besar.
Teori perimbangan
tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti lebih
terbatas. Bangsa Yunani menemukan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat
sebagaimana terdapat dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proposi ternyata
dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun yang indah. Bahkan Pythagoras yang
mencetuskan teori proporsi itu menemukan bahwa macamnya nada yang dikeluarkan
oleh seutas senar tergantung pada panjang senar itu dan bahwa macamnya nada
yang dikeluarkan oleh seutas senar akan menghasilkan susunan nada yang selaras
(yakni indah di dengar), apabila panjangnya masing-masing senar itu mempunyai
hubungan perimbangan bilangan-bilangan yang kecil misalnya 1:1, 1:2, 2:3 dan
seterusnya. Jadi menurut teori proporsi ini keindahan terdapat dalam suatu
benda yang bagian-bagiannya mempunyai hubungan satu sama lain sebagai
bilangan-bilangan kecil. Contoh visual untuk perimbangan yang menyenangkan
dilihat dan karenanya disebut indah oleh bangsa Yunani dulu ialah bentuk empat
persegi, elips yang masing-masing mempunyai proporsi 1:1,6 atau 3:5.
Perimbangan itu dinamakan perbandingan keemasan (golden ratio).
Teori perimbangan
berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi sampai abad ke -17 masehi selama 22 abad.
Teori tersebut runtuh karena desakan dari filsafat empirisme dan aliran-aliran
termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif
sifatnya. Keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya dan setiap
pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-beda. Para seniman romantic
umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dari tidak adanya
keteraturan, yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan dan
pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkin disusun teori umum tentang
keindahan.
BAB III
KESIMPULAN
Keindahan
berasal dari kata indah, yang artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan
sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama
yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung
keindahan berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak
terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan
atau lokal.
DAFTAR PUSTAKA