ILMU
BUDAYA DASAR
MANUSIA
DAN PENDERITAAN
Dosen : Choirul Umam
Oleh : Ingri Marta Yondra
NPM :
54413418
Kelas :
1IA11
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN
TEKNIK INFORMATIKA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Manusia dan Penderitaan”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar kita yakni Nabi
Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’atnya, dan umat yang
senantiasa taat kepadanya hingga akhir zaman. Amin.
Dalam
menyelesaikan makalah ini, Penulis telah mendapat bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak
Choirul Umam selaku dosen
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini
sehingga pengetahuan Penulis dalam penulisan makalah semakin bertambah.
2. Pihak-Pihak
yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah turut membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.
Penderitaan termasuk realitas dunia
dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat
dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan
berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang,
atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
“Tak ada gading yang tak retak”.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah
ini dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, agar penulis dapat memperbaiki kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.Terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis.
Depok, 04 April 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Makalah
1.4.
Kegunaan Makalah
1.5.
Prosedur Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Hakekat Manusia
2.1. Hakekat Manusia
2.1. Hakekat Manusia
1.
Nafsu
2.
Perasaan
3.
Pikiran
4.
Kemauan
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk cipataan
Tuhan yang paling mulia. Kemuliaan itu dikarenakan manusia dianugerahi akal dan
pikiran untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk kehidupannya.
Walaupun dalam kenyataannya banyak manusia yang tidak menggunakan akal
pikirannya sehingga ia salah arah yang akhirnya merusak dirinya sendiri.
Dalam kehidupannya, manusia tidak
dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain. Itulah mengapa sebabnya
manusia disebut sebagai makhluk sosial. Disadari atau tidak, setiap manusia
saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada seorangpun manusia di bumi ini
yang dapat hidup seorang diri. Kemandirian bukan berarti bisa hidup sendiri
tanpa orang lain, melainkan kita dapat mengerjakan sesuatu sendiri tanpa menyusahkan
orang lain.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang
ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas
penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum
tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat dari penderitaan itu ada yang
mengambil hikmah dari semua penderitaan yang telah dia alami dan ada juga yang
tidak seperti itu, mudah-mudahan semua manusia bisa mengambil hikmah dari
penderitaan yang mereka alami.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah – masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1. Apa hakekat manusia itu ?
2. Apa yang dimaksud dengan
penderitaan ?
3. Apa saja sumber-sumber
penderitaan itu ?
1.3. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah yang telah
dirumuskan oleh penulis diatas, makalah ini disususn dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendiskripsikan :
1. Hakikat manusia.
2. Definisi penderitaan.
3. Sumber penderitaan.
1.4. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan
memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis
makalah ini berguna sebagai pengetahuan agar biasa menyikapi positif dalam
penderitaan yang dialami dalam hidup ini. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
1.5. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakekat Manusia
Manusia
adalah mahluk Allah yang sempurna dan mulia dibandingkan mahluk Allah lainnya
karna manusia dibekali akal ghorizi untuk berpikir dan juga manusia diberi
tugas dan peran di muka bumi ini.
Manusia
mempunyai dua kedudukan dan tugas. tugas pertama adalah sebagai abdullah,
yang artinya adalah sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka manusia harus
menuruti kemauan Allah yaitu beribadah karna beribadah adalah menuruti segala
perintah, dan tidak boleh membangkang pada-Nya. Tugas kedua manusia
adalah sebagai Kalifatullah. Jika tugas manusia adalah sebagai seorang pemimpin, tentu ia
harus dapat membangun dunia ini dengan sinergis, dapat melakukan
perbaikan-perbaikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun antar sesama itu
sendiri.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah.
Firman Allah itu iyalah dalam Qur’an Surat Nuh, 71 ayat
17-18 :
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu
(daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS. Nuh, 71 : 17-18)
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah
dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun
tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara
rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara
bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa
manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak
pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah,
lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang
paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
2.2. Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita, kata derita berasal dari bahasa Sanskerta “dhara”
artinya menahan, menanggung. Derita berarti menanggung atau merasakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu ialah keluh kesah, kesengsaraan,
kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang
ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas
penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum
tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat
hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.
Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi
kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh
yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme.
Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi
seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang
menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan
berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga
kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun
berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren
Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat
perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf,
menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman
derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam,
Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan
keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai
seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia,
dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika
ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan
merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev
(1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi
filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan
mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di
Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi
cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar
keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa
penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat
merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar. Contoh lain
ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada
diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan
ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat
dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah
sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi
Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
2.3. Sumber-sumber Penderitaan
Manusia
adalah mahluk yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan, saling
berhubungan, dan pengaruh mempengaruhi antara unsur jasmani dan rohani, karena
itu penderitaan dapat terjadi pada tingkat jasmani dan rohani.
Sumber-sumber penderitaan yang dirasakan oleh manusia itu
iyalah :
1. Nafsu
Nafsu
adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan termasuk
pula instink sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keinginan
tidak terlalu jelas. Poedjawiyatna (1984) menyamakan antara keinginan dan
nafsu. Nafsu dapat menimbulkan gairah hidup pada manusia.
Nafsu atau keinginan itu bisa menjadi suatu penderitaan /
kehancuran jika kita tidak bisa mengendalikannya tetapi jika manusia itu bisa
mengendalikan nafsu atau keinginannya maka manusia itu akan sukses di dunia
maupun di alam akhirat.
keinginan adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak
kita dan
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti
diri sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara
yang menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan
kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan.
kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan
hanya menimbulkan penderitaan.
“Rinaldy
Tonik (2009) didalam blognya mengatakan bahwa Penyebab dari
penderitaan, antara lain: yang pertama karena perilaku buruk manusia, maka
daripada itu bersikaplah dengan sepatutnya tau wajar. Yang kedua penyakit atau
siksaan (Azab) dari Tuhan”
2. Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis. Perasaan menyangkut suasana
batiniah manusia. kalau manusia merasakan cinta, benci dan sebagainya. Perasaan
timbul didalam bathin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya dari
lingkungan menimbulkan reaksi dalam kaitan reaksi emosional. Reaksi emosional
ini dapat sesuai dengan kehendak pribadi tapi ketika tidak sesuai dengan
kehendak pribadinya maka akan timbullah rasa tidak puas sehingga timbullah rasa
tidak senang, marah dan sikap negatif lainnya.
3. Pikiran
Pikiran disebut juga akal, budi. Dimilikinya budi atau akal
ini pula memungkinkan manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu.
Tahu dalam hal ini berarti menghubungkan secara mental sesuatu dengan sesuatu.
4. Kemauan
Kemauan disebut juga kehandak. Dimilikinya kemauan atau
kehendak dalam diri manusia memungkinkan manusia memilih. Oleh karena itu
kemauan atau kehendak ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa
yang telah di pertimbangkan oleh akal budi dan perasaan.
BAB
III
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Manusia akan merasa menderita jika anda rasakan itu sebuah
penderitaan tetapi jika manusia itu menjadikan penderitaan sebagai hikmah dan
pelajaran maka manuisa itu tidak akan merasakan suatu penderitaan
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang
ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas
penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum
tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
keinginan adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak
kita dan
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti
diri sendiri.
Saran
Sejalan dengan simpulan diatas penderitaan tidak bisa hilang
selama manusia itu masih hidup tetapi panderitaan itu bisa dikurangi bahkan
bisa sampai tak terasa.
Dari pernyataan diatas penulis menyarankan bahwa penderitaan
itu harus dijadikan sebagai hikmah dan ujian untuk menaikan tingkat derajat
manusia itu sendiri.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Daftar Pustaka
Al-Quran
dan Terjemahnya
Poedjawiyatna, Manusia Dengan
Alamnya; Filsafat Manusia,Bina Aksara, Jakarta, 1981. (1984)
VanPeursen,Prof. DR.C. A., Tubuh
Jiwa dan Roh, Sebuah pengantar dalam filsafat manusia, PT BPK. Gn. Mulia,
Jakarta, 1988.