ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA
DAN PANDANGAN HIDUP
Dosen : Choirul Umam
Oleh : Ingri Marta Yondra
NPM :
54413418
Kelas :
1IA11
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN
TEKNIK INFORMATIKA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukuri
saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Budaya Dasar ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga saya berterima kasih kepada
Bapak Choirul Umam selaku Dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan
tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Manusia dan Pandangan Hidup.Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu,Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun
ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Depok, April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Makalah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Cita-Cita
2.2.
Kebajikan
2.3. Sikap
Hidup
2.4.
Manusia dan Pandangan Hidup
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang
paling tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa.
Ketika kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai khalifah di
bumi ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada tuntutan hidup makhluk lainnya
yang membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat
hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini
maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang
berbeda-beda mengelompokkan pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan
paham atau aliran. Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam
kehidupan manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah
yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga
tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.
Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak
lepas juga dengan pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan
sebagainya adalah berasal dari pendidikan.Oleh karena itu jika kita membahas
tentang pendangan hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan manusia dapat
berfikir ledih kedepan mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana pengertian
pandangan hidup?
2.
Bagaimana hubungan pandangan
hidup dengan kehidupan manusia?
C. Tujuan masalah
1.
Mendeskripsikan pengertian
pandangan hidup.
2.
Mendeskripsikan hubungan
pandangan hidup dengan kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang
selalu ada dalam pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan,
dan sikap hidup. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa
cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar
atau tingkat cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung
kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya,
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas
manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup
seseorang. Cita-cita ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan,
niat, atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita
menandakan kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras,
lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum
cita-citanya tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala
kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai
cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati
lemah, mudah terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan,
harapan, banyak menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni
seperti: drama, novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan
cita-cita, keinginan, harapan dan tujuan.
B. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan
yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia adalah seorang pribadi
yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong,
saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai,
saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.Untuk melihat apa itu kebajikan,
kita harus melihat dari tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia
sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai
pribadi dapat menentukan baik dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk itu
suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan
baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri.
Suara hati masyarakat, yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati
masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati
masyarakat menganggap baik. Demikian pula manusia sebagai makhluk Tuhan,
manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar
manusia berbuat baik dan mengelak perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu
adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan
hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik,
bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar
tidak merangsang bagi yang melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan.
C. Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi
hidup. Dalm menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain
atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan sikap nonetis.
Sikap etis disebut juga sikap positif sedangkan sikap nonetis disebut juga
sikap negatif. Ada tujuh sikap etis, yaitu : sikap lincah, sikap tenang, sikap
halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati, dan sikap bangga. Sedangkan
sikap nonetisada 6 yaitu : sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut,
sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap positif bagi bangsa Indonesia.
Sikap-sikap itu antara lain : sikap suka bekerja keras, sikap gotong royong,
menjaga hak dan kewajiban, sikap tolong menolong, dan sikap mengargai pendapat
orang lain. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya.
Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah
yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena
tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah
laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari
pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus
memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat
menjadi tenang dan tentram.
Namun demikian dibalik keragaman pendapat tersebut
tampaknya ada satu benang merah yang dipersamakan, yaitu adanya kesepakatan
bahwa manifestasi sikap tidak dapat
dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai
tingkah laku yang masih tertutup. Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang
berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan konstruk-konstruk lain, seperti dorongan, motivasi, atau bahkan dengan
nilai-nilai tertentu.
Motivasi adalah kesiapan yang
ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku bermotivasi. Sikap
adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivasi, sedang
nilai-nilai sasarn adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap mana
berbagai pola sikap dapat diorganisir.
Dalam
buku Strategi Kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan
mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah tahap
mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional. Tahap mistis merupakansikap
manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya.
Tahap ontologi adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan.
Sedangkan tahap fungsional merupakansikap dan alam pikiran yang semakin nampak
dalam diri manusia modern.
Sedangkan
menurut Frans Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi kendala
dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan sikap hidup yang tepat itu, bahaya
tersebut adalah nafsu dan pamrih. Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar yang
bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta
pada dunia lahir. Sedangkan pamrih adalah tindakan yang semata-mata
mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Dalam
bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin dalam Falsafah Hidup
Orang Jawa, Soetrisno melihat adanya tiga nafsu yang begitu menonjolkan aspek
pamrih, antara lain: selalu ingin menang sendiri, selalu ingin benar sendiri,
dan hanya mementingkan kebutuhan sendiri.
Selain
itu, menurut J.C.Tukiman Taruna dalm harian Kompas 8 Januari 1984, ia
menawarkan 6 sikap mental yaitu:
1.
Manusia Jawa itu semakin
manja. Dasar yang dipakai adalah kenyataan dalam kehidupan orang Jawa yang
lebih suka dilayani daripada melayani.
2.
Manusia Jawa cenderung boros,
hal ini terbukti adanya dorongan yang kuat dalam diri orang jawaberupa sikap
suka menikmati. Manusia Jawa adalah kelompok penikmat dan itu berarti ingin
menikmati yang serba baru dan baik.
3.
Adanya sikap semakin
religius. Semangat religius menurun dan cenderung menjadikan rumah ibadah
sebagaipusat kehidupan sosial.
4.
Manusia Jawa itu pendendam.
Apabila menyangkut harga diri manusia Jawa tidak mengenal pengampunan dan tidak
bisa memaafkan.
5.
Manusia Jawa mudah
terpengaruh.
6.
Manusia Jawa bukan pionir.
Hal ini terbukti orang Jawa lebih suka menunggu lowongan pekerjaan daripada
menciptakan lapangan pekerjaan.
D. Manusia Dan Pandangan Hidup
Akal dan budi sebagai milik
manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia tersebut. Sebab akal
dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain.
Satu diantara keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak
manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain manusia menyadari
kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup merupakan
masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia menyadari,
sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau dasar
keturunan. Pandangan hidup penting bagi
kehidupan manusia dimasa sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah
sepantasnya setiap manusia memilikinya.
Perlu kita sadari bahwa baik
Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan. Buka kebutuhan sesaat
melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita
memerlukan perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai di akhir nanti.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia
memandang kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda
dan melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita merupakan pandangan hidup di
masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui
tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap
orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan
tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
DAFTAR PUSTAKA
WIDAGDHO, Djoko
Ilmu budaya dasar / penysun , Djoko Widagdho
dkk , - Ed , cet , 8 . – Jakarta : Bumi Aksara , 2003
IX, 229 hlm ; 21 cm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar